By; Homsil Adadi, Sabtu/25 Oktober 2014) dalam seminar
LPI Yaspimu Kertakennah Pmk
Pada tataran realita sangatlah sulit untuk
mewujudkan kesepahaman, seringkali
kita harus menghadapi kerasnya tindihan sikap dan persepsi yang bersebrangan dengan pola pikir kita, bahkan masalah kadang timbul dari hal yang kita anggap sepele namun membuat kita menjadi meradang lantaran kita tidak siap menghadapinya. Padahal kita harus berani
melewati situasi yang yang super sulit sekalipun dengan tabah. Seringkali kita lemah, terpatahkan sehingga menjadi orang yang terbuang dari gelanggang persaingan. membuat kita lumpuh total tanpa bisa
berbuat apa-apa. Oleh karena itu kita harus berani melihat konflik sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat
negatif maupun positif tergantung bagaimana cara menghadapinya. Dari pandangan
baru tersebut dapat kita lihat konflik harus di kelola /di menej sehingga
aspek-aspek yang membahayakan dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin,
dan aspek-aspek yang menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin.
Seni Menata Masalah
Saya
memaknai Manajeman Konflik secara
sederhana adalah seni menata masalah, yakni dengan
mengurai semua perbedaan, untuk menciptakan satu rasa yang bisa memenuhi
rasa keadilan semua pihak tanpa harus menggunakan kekerasan. Karena hakekat dari
persoalan itu sendiri sering timbul karena beberapa hal di antaranya, pertama, masalah
di anggap rintangan bukan tantangan. Kedua, kita cenderung mengedepankan otot daripada otak Ketiga, kita lebih suka menyalahkan orang lain ketimbang melakukan tindakan nyata. Dari ketiga hal di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwa dalam menghadapi masalah seharusnya
kita menganggap bahwa persoalan itu bukanlah beban melainkan sebuah tugas mulia yang membutuhkan perjuangan dan pemahaman (ilmu) yang cukup sehingga masalah bisa akan menjadi berkah
Menu spesial untuk mengatasi masalah seperti :
1. Lobying ( Persuasive )
Pendekatan menjadi cara yang sangat efektif asal tepat
waktunya, tepat caranya, tepat orang yang
menyampaikannya, namun seringkali untuk
memilih orang yang tepat untuk menyampaikan,biasanya seseorang akan
menggunakan media lewat seorang tokoh yang di anggap tepat untuk menjadi
penyambung lidah dari persoalan tersebut
2. Membuang Gengsi
Menjadi yang pertama untuk berdamai adalah hal yang baik, dengan membuang rasa gengsi . karena perseolan sulit untuk di atasi jika menyangkut dua orang yang berbeda pandangan tanpa ada salah satu pihak yang ber etikad untuk memulai menyelesaikan masalah tersebut
Menjadi yang pertama untuk berdamai adalah hal yang baik, dengan membuang rasa gengsi . karena perseolan sulit untuk di atasi jika menyangkut dua orang yang berbeda pandangan tanpa ada salah satu pihak yang ber etikad untuk memulai menyelesaikan masalah tersebut
3. Pengalihan
Isu
Konflik juga bisa kita atasi dengan melakukan
pengalihan isu yang bertujuan untuk mengaburkan masalah yang sebenarnya, walau
hal seringkali di gunakan untuk mengatasi masalah dalam jangka pendek
4. Intropeksi
Di suatu konflik tidak mesti kita menyelesaikan masalah dengan kekerasan di balas kekerasan, tapi ada baiknya kita melakukan intropeksi unruk mengambil
suatu tindakan, agar bisa mengurangi
tensi konflik batin dan membuat hati kita lebih tenang, dan pada akhirnya akan
membuat kita lebih bijakasana dalam mengambil sebuah tindakan penyelesaiaan
Demikian ulasan ini kami buat dengan harapan semoga bisa memberikan sumbangan pemikiran
penyelesaian masalah yang kita hadapi. Jauhkan rasa takut dan mulailah untuk
menghadapi masalah yang ada dengan jiwa yang bijak